Detail Cantuman
Advanced SearchTerapi Masnawi; Ledakkan Energi Positifmu Bersama Jalaluddin Rumi
Jalaluddin Rumi (1207–1274) disebut-sebut seperti cahaya matahari cinta dan perdamaian yang menyinari semesta ciptaan-Nya. Masnawi—salah satu mahakaryanya—sudah menjadi warisan dunia, tak hanya populer di kalangan muslim tetapi juga diminati para pencari kearifan di Barat. There is something hidden within them that heals peoples souls, tutur mereka.
Dalam buku ini, kita diajak menyimak cerita dari Rumi, mengunduh hikmah, mengaca diri, dan membuka hati supaya diderasi inspirasi untuk transformasi kehidupan kita sehari-hari. Nevzat Tarhan menghidangkan kisah dan wawasan yang dapat meringankan rasa sakit yang diderita banyak orang secara psikologis dan emosional. Apik, menukik, tapi mudah dipahami.
“Abad ke-21,” kata Prof. Tarhan, “kita sebut Abad Kebijaksanaan. Bila manusia tidak mempunyai kearifan, apa pun yang mereka raih akan sia-sia belaka. Umat manusia memerlukan sistem berpikir dan merasa seperti yang diajarkan dan dicontohkan Rumi, sebagaimana kita memerlukan peralatan selam untuk menyelami lautan yang mahadalam. Maka, bila ingin tumbuh secara spiritual, siapa pun harus mempunyai perkakas yang berhubungan dengan Rumi. Hanya dengan seperti itu ia dapat menyelam dan menemukan harta karun kemanusiaan dan spiritualitas yang selama ini terpendam.”
Inilah buah cinta dan ketekunan seorang dokter, psikiater, dan neuropsikolog dalam menelisik aspek terapis kitab Masnawi dengan pendekatan ilmiah modern yang telah digelutinya selama puluhan tahun. Wajar bila buku dengan perspektif baru ini disambut hangat dan bestseller di Turki. Bersyukurlah edisi Indonesia yang diterjemahkan langsung dari bahasa Turki ini hadir menyapa akal dan hati Anda.
Daftar Isi
Kata Pengantar
Bab 1: Menemukan Kembali Nilai-Nilai Kemanusiaan dalam Maulana Jalaluddin Rumi
Pencaharian Kecerdasan Hati di Seantero Dunia
Kecerdasan Emosi dan Maulana Rumi
Mendalami Kecerdasan Hati Melalui Pertanyaan-Pertanyaan Sederhana
Kecerdasan Hati dan Dunia Spiritualitas
Maulana Rumi dan Terapi Publik
Kontribusi Rumi terhadap “Ilmu Kebahagiaan”
Bab 2: Terapi Masnawi
Pola Pikir Keliru: Kalau Aku Bertingkah Laku Sesuai Kehendak Orang-Orang, Aku Akan Kehilangan Kebebasanku
Pola Pikir Keliru: Aku Tahu Apa yang Terbaik Buat Diriku. Tak Perlu Mereka Ikut Campur dan Sibuk Mengomentari Apa yang Harus Aku Lakukan
Pola Pikir Keliru: Orang-Orang Harus Mengerjakan Sesuatu Sesuai dengan Caraku. Karena Pada Umumnya Carakulah yang Terbaik
Pola Pikir Keliru: Dikenal, Dipuji, dan Dikagumi Orang Lain Adalah Hal yang Penting. Orang-Orang Harus Tahu Bahwa Aku Adalah Orang yang Istimewa
Pola Pikir Keliru: Jangan Sampai Aku Terganggu dengan Pikiranku Sendiri. Bagaimana pun Aku Harus Bertingkah Laku Sesuai Keinginanku. Jika Aku Melakukan Sesuatu Yang Membuatku Merasa Senang, Aku Harus Segera Memulainya dan Mengerjakannya
Pola Pikir Keliru: Apabila Orang-Orang yang Mendekatiku Tahu Diriku yang “Sebenarnya” Mereka Akan Menjauh. Aku Bukan Siapa-Siapa Kalau Sampai Gagal Membuat Mereka Terhibur dan Gagal Membuat Mereka Menyukaiku
Pola Pikir Keliru: Dikenal, Dipuji, dan Dikagumi Adalah Hal yang Penting
Pola Pikir Keliru: Aku Tidak Perlu Mencemaskan Hasil Buruk Ketika Aku Yakin Bahwa yang Aku Kerjakan Akan Membawa Keuntungan
Pola Pikir Keliru: Rata-Rata Orang Bukan Sahabat bagi Sesamanya. Ada Saja Orang yang dengan Sengaja Merendahkanku. Bisa Jadi Teman Terdekatku Sekarang Adalah Mereka yang tidak Setia dan tidak Dapat Dipercaya
Pola Pikir Keliru: Suatu Masalah Akan Selesai Jika Aku Menghindarinya
Pola Pikir Keliru: Aku Seorang Pemalu. Aku Adalah Orang yang Buruk
Pola Pikir Keliru: Aku Adalah Sebuah Kekecewaan
Pola Pikir Keliru: Adalah Kondisi yang Buruk Ketika Orang-Orang Mengabaikan Keberadaanku
Pola Pikir Keliru: Aku Harus Menjadi Pusat Perhatian
Pola Pikir Keliru: Aku Tidak Peduli Atas Pikiran atau Penilaian Mereka terhadapku
Pola Pikir Keliru: Jika Aku Menginginkan Sesuatu Aku Akan Melakukan Apa pun untuk Mendapatkannya
Pola Pikir Keliru: Kesalahan atau Kekurangan yang Aku Kerjakan Hanya Akan Mendatangkan Bencana. Kekurangan dan Kesalahan Adalah Suatu Hal yang Buruk. Hasil Kerja yang Sempurna Adalah Sebuah Keharusan
Pola Pikir Keliru: Aku Adalah Seorang Pedagang Emas, dengan Sekali Pandang Aku Dapat Mengetahui Nilainya
Pola Pikir Keliru: Untuk Mendapatkan Keuntungan Aku Harus Berusaha Keras. Aku Akan Melakukan Apa pun untuk Hal yang Aku Inginkan
Pola Pikir Keliru: Aku Harus Mencapai Standar Tinggi, Jika Tidak Semuanya Akan Berantakan
Pola Pikir Keliru: Ketika Aku Merasakan atau Memikirkan Sesuatu yang Mengganggu Rasa Nyamanku Maka Aku Harus Membuangnya Jauh-Jauh dari Pikiranku atau Menyibukkan Diriku pada Hal Lain (Seperti Menonton Televisi, Mabuk-mabukan, dsb). Suatu Masalah Akan Selesai Jika Aku Menghindarinya
Pola Pikir Keliru: Aku Tidak Bisa Merefleksikan Apa yang Ada di dalam Diriku. Aku Tidak Mau Menunjukkan Perasaanku Karena itu Bukan Sesuatu yang Baik.
Pola Pikir Keliru: Aku Akan Melakukan Apa pun untuk Mencegah Mereka yang Membuatku Jatuh dalam Bahaya
Pola Pikir Keliru: Aku Berhak untuk Tidak Bahagia. Aku Tidak Mengerti Apa yang Aku Mau
Pola Pikir Keliru: Aku Bisa jadi Manusia yang Bermanfaat Jika Melupakan Kekuranganku, Menganggap Mereka Tidak Ada
Pola Pikir Keliru: Aku Membutuhkan Seseorang yang Berada di Dekatku Ketika Aku Melakukan Sebuah Pekerjaan Atau Ketika Aku Terjebak dalam Situasi yang Buruk. Aku Akan Mendengarkan Perkataan Mereka atau Melakukan Apa pun yang Mereka Suruh
Pola Pikir Keliru: Orang-Orang Memang Berhak Mengkritikku. Namun Sebagian Mereka Hanya Merendahkanku
Pola Pikir Keliru: Tidak Melakukan Apa pun Lebih Baik dari Sekadar Menyibukkan Diri dengan Sesuatu yang Sudah Jelas Kegagalannya
Pola Pikir Keliru: Bagaimanapun Saya Akan Pegang Erat-Erat dan Melindungi Apa yang Saya Punyai
Pola Pikir Keliru: Orang Lain Harus Menyadari Betapa Aku Adalah Seorang yang Istimewa
Pola Pikir Keliru: Saya Tidak Sanggup Menghadapi Sesuatu yang Mengganggu. Tidak Peduli Biaya Apa yang Harus Dikeluarkan untuk Menghindari Situasi Tersebut
Pola Pikir Keliru: Saya Jelek (Orang yang Tahu Akan Benci kepada Tubuhku)
Bab 3: Masnawi dan 10 Langkah tentang Kecerdasan Emosi
Langkah Pertama: Mengenali Diri Sendiri (Kesadaran Diri)
Langkah Kedua: Empati dan Cara Memahami Orang Lain (Kesadaran Sosial)
Langkah Ketiga: Kemampuan Berkomunikasi
Langkah Keempat: Perencanaan Masa Depan dan Motivasi
Langkah Kelima: Kemampuan Memecahkan Masalah
Langkah Keenam: Mengelola Waktu, Stres, dan Amarah
Langkah Ketujuh: Toleransi dan Memaafkan
Langkah Kedelapan: Kegigihan
Langkah Kesembilan: Bekerja Sama dan Kedermawanan
Langkah Kesepuluh: Menjadi Penengah
Epilog
Daftar Pustaka
Ketersediaan
| B003348.1 | 2X5.2 TAR t c.1 | PERPUSTAKAAN FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH | Tersedia |
| B003348.2 | 2X5.2 TAR t c.2 | PERPUSTAKAAN FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH | Tersedia |
Informasi Detil
| Judul Seri |
-
|
|---|---|
| No. Panggil |
2X5.2 TAR t c.
|
| Penerbit | Penerbit Qaf Media : Jakarta., 2016 |
| Deskripsi Fisik |
17 cm; 315 hal.
|
| Bahasa |
Bahasa Indonesia
|
| ISBN/ISSN |
978-602-73761-44
|
| Klasifikasi |
2X5.2
|
| Tipe Isi |
-
|
| Tipe Media |
-
|
|---|---|
| Tipe Pembawa |
-
|
| Edisi |
-
|
| Subyek | |
| Info Detil Spesifik |
-
|
| Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain






