Kegiatan pendakian gunung memiliki potensi resiko yang tinggi, sehingga diperlukan ketahanan mental yang kuat untuk menghadapi berbagai kondisi sulit. Sensation seeking menjadi pendorong bagi pendaki muslimah untuk melakukan aktivitas ekstrim yang berisiko. Namun, tidak semua pendaki muslimah mampu mencapai tujuan mereka akibat kendala fisik dan mental, yang kerap kali membuat mereka menyerah dan mencoba pendakian ulang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan sensation seeking dengan mental toughness pada pendaki muslimah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah pendaki muslimah didalam komunitas pendaki muslim official dengan jumlah sampel 160 pendaki yang diambil melalui teknik Accidental Sampling. Alat pengumpulan data menggunakan skala sensation seeking (20 item, =0.844 ) dan skala mental toughness (23 item, α=0.903). Validitas isi menggunakan Aiken’s V dengan koefisien sensation seeking (0,95) dan mental toughness (0,93). Uji hipotesis menggunakan analisis korelasi product moment yang dibantu dengan software SPSS versi 25.
Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan antara sensation seeking dan mental toughness, dengan niai koefisien korelasi (r) sebesar 0,823 dan signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai siginifikasi p>0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan kedua variabel bersifat positif, yang berarti semakin tinggi tingkat sensation seeking maka semakin tinggi mental toughness yang dimiliki oleh pendaki muslimah. Selain itu, hasil koefisien determinasi (R squere) sebesar 0,677 menunjukan bahwa sensation seeking memberikan pengaruh sebesar 67,7%, terhadap mental toughness, sementara sisanya 32,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil ini menegaskan bahwa sensation seeking memiliki hubungan yang signifikan dengan mental toughness pada pendaki muslimah.