Image of Metode Pembinaan Top Down Approach dan   Bottom Up Approach Guna Mencegah Pengulangan Tindak Pidana Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sragen

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

Metode Pembinaan Top Down Approach dan Bottom Up Approach Guna Mencegah Pengulangan Tindak Pidana Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sragen



Ichfani Kurniawati, 191221123, Metode Pembinaan Top Down Approach dan Bottom Up Approach Guna Mencegah Pengulangan Tindak Pidana Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sragen. Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta 2023.
Narapidana sebagai seseorang yang telah melanggar aturan hukum, sehingga perlu di bangun kesadaran agar mampu menyadari kesalahannya dan menyesali segala perbuatan yang dia lakukan sehingga bisa merubah diri dan dapat diterima kembali di masyarakat. Petugas Lapas memiliki strategi atau proses pembinaan yang benar-benar tepat terhadap pihak-pihak yang bersangkutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan pembinaan Top Down Approach Dan Bottom Up Approach narapidana guna mencegah pengulangan tindak pidana (recidive) di Lapas Klas II A Sragen.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu observasi wawancara dan dokumentasi. Pemilihan subjek menggunakan teknik snowball sampling terdiri dari kasubsi bimbingan kemasyarakatan dan perawatan, kasi kegiatan kerja, dan dua narapidana. Untuk memperoleh keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi sumber. Analisis data dengan tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembinaan top down dan bottom up memiliki empat tahap yakni pertama, merupakan pengenalan warga binaan, tahap ini juga disebut sebagai tahap penerimaan dan orientasi. Pada tahap ini petugas pemasyarakatan bertugas untuk mengamati guna mengetahui latar belakang dari warga binaan untuk menentukan progam pembinaan yang sesuai. Kedua, warga binaan dibina atau dilatih diluar blok dengan pembinaan top down seperti pembinaan keagamaan dan pembinaan bottom up seperti berkebun, membuat kerajinan tangan, dll. Ketiga, Narapidana dapat bekerja di luar Lapas. Dalam hal ini, narapidana diizinkan diluar Lapas dan berinteraksi dengan masyarakat luar namun tetap diawasi oleh petugas. Tujuan pembinaan agar narapidana dapat berinteraksi kembali dengan masyarakat setelah menjalani hidup di Lapas yang tentu berbeda masyarakat di luar Lapas. Keempat, Petugas lapas tidak lagi memberikan pembinaan kepada narapidana yang telah menyelesaikan tahap integrasi namun menjadi wewenang Bapas. Dalam hal ini subjek penelitian mengalami manfaat dalam dimensi keagamaan maupun dalam mengasah kemampuan minat bakatnya.
Kata kunci: pembinaan, top down approach, bottom up approach, warga binaan.


Ketersediaan

SK20243059.12X7.15 ICH mPERPUSTAKAAN FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAHTersedia

Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
2X7.15 ICH m
Penerbit Fakultas Ushuluddin dan Dakwah : Surakarta.,
Deskripsi Fisik
100 hlm, 29 cm
Bahasa
Bahasa Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
2X7.15
Tipe Isi
Text
Tipe Media
Text
Tipe Pembawa
Visual
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain


Lampiran Berkas



Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this